Kamis, 07 Juni 2012

Kisahku Jatuh Cinta pada KAMMI

Siang itu terik matahari memanaskan kota Surabaya. Tanpa kompromi sinarnya menyengat kulitku, seakan ingin menghitamkan warnanya yang sudah gelap. Tubuh juga berkeringat. Tapi itu tak menghalangiku datang ke toko buku. Kebetulan, tak ada jadwal kuliah pada jam itu.

Ini kali kesekian aku terpesona dengan buku-buku tentang tarbiyah, Ikhwan dan Hasan Al Banna. Untaian kata-katanya menyentuh hatiku. Ketegasannya membangkitkan semangatku. Deskripsi gerakan dan tokohnya membuat aku penasaran untuk bertemu.

Saat itu aku telah bergabung di sebuah lembaga dakwah kampus. Aku bahkan telah diamanahi sebagai Sekretaris Umumnya. Namun, membandingkannya dengan buku-buku yang kubaca, aku merasa ada yang berbeda. Sosok gerakan ideal memenuhi pikiranku dan semakin mendesakku untuk mencarinya, untuk bergabung dengannya.

Hingga tibalah waktu itu. Kakiku tak tertahankan untuk kembali ke ITS. Kunjungan pertama memang gagal. Aku tak mendapatkan informasi yang kuinginkan. Tidak pula bertemu dengan orang yang fikrahnya mirip Ikhwan. Waktu itu aku bahkan ditawari untuk bergabung dengan sebuah gerakan yang mencurigakan; menurut buku yang kubaca, itu semacam gerakan sempalan.

Aku tak putus asa, aku yakin seperti yang kudengar di kampus ini aku akan menemukannya. Atau minimal mendapatkan informasi yang lebih jelas tentangnya.

Di masjid Manarul Ilmi, aku berjumpa dengan seorang mahasiswa yang sejuk wajahnya, teduh dan tajam sorot matanya. Berbicara dengannya aku mulai merasakan kekokohan aqidahnya dan kecerdasan pikirannya.

"Di Indonesia tidak ada Ikhwanul Muslimin, akhi," kata mahasiswa yang kemudian memperkenalkan namanya Agus Wahyu Dwianto itu setelah aku mengutarakan maksudku. "Tapi jika engkau ingin bergabung dengan gerakan Islam dan memperjuangkan dakwah, bergabunglah dengan KAMMI."

Aku tak tahu mengapa aku langsung menerima tawarannya. Mungkin karena pribadi Mas Agus yang mencerminkan keteladanan, atau karena fikrahnya yang sejalan dengan apa yang aku baca dan kini aku mencarinya. Atau mungkin, lebih tepatnya, karena kedua-duanya; muatan dakwah dan dainya.

Sebelum berpisah, Mas Agus mengundangku untuk hadir dalam halal bi halal selepas Ramadhan nanti. Aku mengiyakan.

Pertemuan keduaku dengan Mas Agus, dan pertemuan pertamaku dengan aktifis KAMMI 1011 berlangsung di Ma'had Ukhuwah Islamiyah. Acara halal bi halal dimulai dengan pembukaan dan sambutan ketua umum. Saat itu aku baru tahu bahwa Mas Agus adalah ketua umum. Pantas saja, pribadinya istimewa. Acara dilanjutkan dengan taujih ustadz. Aku lupa namanya, tetapi aku sangat ingat ia memulai taujihnya dengan mendemonstrasikan tetes-tetes yodium mengeruhkan air, menggambarkan maksiat menodai hati kita.

Selesai taujih yang menggetarkan, satu persatu ikhwah KAMMI menceritakan pengalaman mudiknya. Bukan sekedar cerita, ada banyak ibrah di sana. Bagaimana dakwah kampung selama liburan sangat berbeda nuansanya dengan dakwah kampus yang setiap hari digeluti. Hangatnya ukhuwah sangat terasa saat para ikhwan bersalaman dan berpelukan sebelum pulang, diiringi mata yang berkaca-kaca.

Pekan-pekan berikutnya membawa keindahan yang belum pernah kurasa. Ba'da Isya' hingga menjelang tengah malam, sekali dalam sepekan kami melingkar dalam forum kaderisasi.

"Akh, antum kalau pulang naik apa?," kata seorang ikhwah satu grup pada pertemuan ketiga, yang mulai menyadari bahwa aku tak membawa sepeda.
"Jalan kaki," jawabku agak malu. Sebab di waktu itu aku tak memiliki sepeda, apalagi motor. Berangkat dari semolowaru aku naik angkot. Pulangnya, sekitar jam 11 malam tak ada lagi angkot yang lewat. Aku menempuh jarak sekitar 7 Km itu dengan jalan kaki.
"Masya Allah, akhi... ane antar antum ya." Demikianlah, kini aku hampir selalu pulang dibonceng motor, kecuali saat ia absen dan tak ada lagi yang membawa motor.

Pertemuan halal bi halal di ma'had sesungguhnya telah membuat aku jatuh cinta pada KAMMI. Namun, momen ukhuwah demi ukhuwah seperti ini membuat cintaku menyala-nyala. Apalagi nasehat ruhiyah dalam setiap pertemuan pekanan itu. Jiwaku hidup. Dan anehnya, aku tak lagi mencari-cari Ikhwan. Mungkin ini yang disebut tsiqoh. Aku percaya dan yakin bahwa Ikhwan memang tak ada di Indonesia. Tapi tak apalah, tarbiyah dan ukhuwah yang aku dapatkan rasanya tidak jauh berbeda dari apa yang aku baca dalam buku-buku Ikhwan.

Hari-hariku selanjutnya banyak diwarnai aktifitas KAMMI; baik pengkaderannya, aktifitas sosialnya, hingga aksi-aksinya. KAMMI membuat hidupku lebih baik; pemahaman Islam kudapatkan, wawasan dan keilmuan berkembang, terasah pula skill organisasi dan kepemimpinan, serta turut aktif berkontribusi dalam dakwah Islam dan perbaikan negeri. Sekitar enam tahun kemudian aku beruntung bisa ikut DM3.

Kini, KAMMI yang kucintai telah berusia 14 tahun sejak ia dideklarasikan tahun 1998 silam. Selamat Milad KAMMI; tulis kembali sejarah, tuntaskan perubahan! Jangan titipkan reformasi yang telah engkau mulai! [Abu Nida]


Kamis, 22 September 2011

Griya Tarbawi


Griya Tarbawi adalah program bersama antara KAMMI Gresik dan BersamaDakwah yang bertujuan menyiapkan SDM pemimpin masyarakat yang shalih pribadi sekaligus shalih sosial. Mahasiswa yang terseleksi dalam program ini akan diberikan pelatihan, pembinaan dan pendampingan baik dalam keilmuan syariah, peningkatan prestasi akademik, enterpreneurship maupun kepemimpinan. Selain melalui kelas boarding (asrama), Griya Tarbawi juga membuka kelas non asrama tanpa dipungut biaya.


Sabtu, 26 Februari 2011

Kontekstualisasi Amandemen Visi KAMMI untuk Komisariat


KAMMI yang pada dekade keduanya mengubah frasa visi ‘masyarakat islami’ menjadi ‘bangsa dan negara islami’ terbilang cukup berani. KAMMI beralih dari asalnya ‘irsyadul mujtama’ menjadi ‘ishlahul hukumah’ dimana ianya tak lagi berkutat pada rekayasa sosial saja, tetapi juga rekayasa politik. Jika kita mengibaratkan KAMMI adalah sebuah kendaraan bermotor, maka ia tak lagi sekedar ‘tidak pelan’ dengan gigi tiga, tetapi sudah ‘berpacu kencang’ dengan gigi empat.

Konsekuensinya, KAMMI –dengan kadernya– mau tidak mau harus merambah level rekayasa kebijakan tanpa meninggalkan level grass-root sosial masyarakat. Dengannya pula, maka permasalahan pengkaderan sudah dianggap selesai, meski masih perlu banyak adaptasi di sisi implementasi manhaj.

Dalam ring tarung bebas, kita tidak hanya berbicara pertarungan kekuasaan, tetapi juga pertarungan kompetensi. Stakeholder sudah tidak bodoh (untuk tidak mengatakan belum terlalu cerdas) untuk memilih dan memilah mana dan siapa yang membawa manfaat lebih banyak. Pada era ini, seakan percuma jika mampu memegang tampuk kekuasaan tetapi tidak tahu apa yang harus dikerjakan.

Deni Priyatno, Sekjen PP KAMMI 2009-2011, mengatakan, “saat ini gerakan dakwah ini sedang akan bahkan sedang memasuki fase menegara, pertanyaannya jika saat itu tiba akankah gerakan yang kita bangun mampu menegara…” Artinya, kita tidak perlu lagi bertanya kapan datangnya fase tersebut, melainkan apa yang dapat kita perbuat ketika kita berada dalam posisi tersebut? Setidaknya, KAMMI masih dapat menghela nafas setelah melihat hasil screening Indeks Prestasi kader yang dilaporkan baru-baru ini oleh Ikhsan Pallawa, Kadept. Kompetensi PP KAMMI 2009-2011, dimana rata-rata IP kammiers se-nasional di atas 3,00. Namun, tentu IP bukan satu-satunya parameter keberhasilan atau kesiapan kader KAMMI dalam menyiapkan masa depan.

Visi hasil amandemen tersebut jika kemudian kita tarik ke dalam konteks komisariat, maka konsekuensinya akan sama, karya dengan kompetensi. Secara politik, komisariat harus dengan tegas mengambil pemosisian gerakan di kampus. Sebenarnya, banyak posisi yang dapat diambil, seperti oposisi absolut, oposisi konstruktif, mitra/koalisi, atau bahkan menjadi leader political movement.

Pengambilan posisi KAMMI di kampus jelas harus melihat ketersediaan sumber daya (kuantitas) dan kemampuan penetrasi politik (kualitas). Ketika keduanya dapat didesakkan untuk bertemu pada satu titik limit threshold oleh para qa’idah fikriyah KAMMI (AB 2), maka KAMMI dapat dengan tegas mengambil posisi sejajar dengan para top leaders di kampus.

Jika secara manhaj KAMMI dianggap sudah selesai, maka muara aktifitasnya dapat ditambah untuk penajaman kompetensi gerakan para kader. Dengan demikian, pengayaan kader-kader KAMMI komisariat di berbagai organisasi politik di kampus bukanlah menjadi suatu hal yang tabu. Justru, program pengayaan ini harus didukung oleh para kader untuk memantapkan kekuatan gerakan politik dakwah. Sebagai sebuah elemen yang tidak terpisahkan dari sinergitas dakwah kampus, inilah yang harus KAMMI perbuat. Kita berharap, kontinuitas pemenangan politik bukanlah hajatan tahunan yang harus diselesaikan dengan gerasak-gerusuk, tetapi dengan kontinuitas pembinaan kematangan berpolitik melalui –salah satunya– KAMMI.

Sebagai ‘amal thulabi yang khusus diciptakan untuk mematangkan kompetensi politik, maka inilah wadah pengkaderan politisi, dan semua bermula dari kampus. Maka, insya Allah pemenangan politik ke depan bukan sekedar wacana lagi bagi KAMMI, melainkan sebuah muara pematangan kompetensi politik. Harus, tidak bisa tidak! Untuk itu pula, maka kader yang dikaryakan pun tidak boleh sembarangan, minimal AB 2 atau AB 1 tersertifikasi misalnya. Sehingga pengaruh itu kental, bukan hanya bangga dengan sekedar banyak mengkaryakan kader. Semoga, kita dapat mengambil ibrah hajatan politik tahunan kemarin.[]

Penulis : Rama Permana
Mahasiswa Insitut Teknologi Telkom, Bandung
Humas KAMMDA Bandung


Sabtu, 19 Februari 2011

Download Makalah Powerpoint "Menjadi Pemimpin Dambaan Umat"


Makalah powerpoint, atau lebih tepatnya presentasi, berjudul "Menjadi Pemimpin Dambaan Umat" ini sebenarnya disipakan sebagai bahan Kajian Sabtu Siang yang diselenggarakan oleh KAMMI Gresik pada hari ini. Makalah powerpoint ini kemudian di-upload dan disediakan link downloadnya di sini untuk memudahkan peserta kajian untuk tidak hanya memiliki hard copy makalah (dalam bentuk foto copy), tetapi juga softcopy-nya. Namun demikian, file ini juga bebas di-download oleh siapa saja yang membutuhkan materi "Menjadi Pemimpin Dambaan Umat" ini.

Makalah powerpoint "Menjadi Pemimpin Dambaan Umat" ini terdiri dari 12 slide. Dimulai dari judul, ia kemudian berbicara tentang makna pemimpin serta istilah-istilah pemimpin yang digunakan dalam Al-Qur'an dan hadits disertai dalilnya. Pada pembahasan makna pemimpin ini juga dikemukakan definisi ilmuwan Barat, sebagai pembanding.

Berikutnya, makalah powerpoint ini mengemukakan definisi umat dalam sejumlah kamus dan penggunaan istilah umat dalam Al-Qur'an.

Setelah penegasan istilah "Pemimpin Dambaan Umat" selesai, maka slide berikutnya berisi profil umum pemimpin seperti itu dalam hadits, dan bagaimana penjelasannya dalam konteks kekinian, disertai syarat-syaratnya. Terakhir, karena makalah ini disiapkan untuk kajian yang peserta atau audiensnya adalah mahasiswa, maka di bagian akhir ia berbicara tentang bagaimana menyiapkan diri menjadi pemimpin.

Demikian penjelasan singkat tentang makalah powerpoint "Menjadi Pemimpin Dambaan Umat" ini, dan untuk mendownload gratis silahkan klik DI SINI.


Senin, 24 Januari 2011

Talkshow KAMMI Jepang: “Mengapa Aku Memilih Islam?”


Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Jepang bekerja sama dengan PMIJ (Persaudaraan Muslim Indonesia Jepang), menyelenggarakan sebuah Talk Show dengan yang bertemakan “Mengapa Aku Memilih Islam?” yang menghadirkan empat orang muallaf sebagai nara sumber, yang terdiri dari dua orang nara sumber ikhwan berkewarganegaraan Jepang, yang bernama Islam Mustafa dan Said, serta dua orang nara sumber akhwat yang berkewarganegaraan Jepang, dan berkewarganegaraan Perancis, yang keduanya bernama Islam Aisya.

Acara yang dihadiri oleh sekitar 60 orang peserta yang terdiri dari mahasiswa dan pekerja yang berada di wilayah Tokyo dan sekitarnya ini, mengupas tuntas seluk beluk proses pencarian kebenaran yang dilakukan oleh keempat nara sumber. Saudara Mustafa yang merasakan kebesaran Islam yang lewat sahabat-sahabat muslimnya ketika dia kuliah di Kanada, saudara Said, yang merasakan kekurangan dalam rohaninya, yang kemudian melakukan pencarian ke berbagai agama, dan akhirnya memilih Islam, juga saudari Aisya (Jepang) yang dibesarkan dalam lingkungan Katolik yang taat, menyimpan begitu banyak pertanyaan yang akhirnya hanya mampu didapatkannya dalam Islam, serta saudari Aisya (Perancis), yang dibesarkan dalam lingkungan Budha yang sangat taat, namun hal tersebut tidak membuatnya mampu menjawab teka-teki tentang hakikat kehidupan manusia, dan hakikat ketuhanan, hingga akhirnya setahun yang lalu dia memutuskan memeluk Islam.

Peserta yang hadir pun diberikan kesempatan untuk menyampaikan kepada pertanyaan kepada keempat nara sumber, ada salah seorang peserta yang menanyakan tentang bagaimana bentuk dakwah yang bisa dilakukan oleh para mahasiswa asing di Jepang, keempat nara sumber memberikan jawaban yang sangat jelas, bahwasanya cara terbaik yang bisa dilakukan adalah menjalankan Islam itu sendiri, dengan demikian orang-orang di sekeliling kita yang masih belum mengenal Islam bisa mengenal Islam, dan lewat tingkah laku kita semua image yang kurang baik tentang Islam pun bisa berubah.

Dalam acara ini juga dilakukan penjelasan tentang rencana pembangunan masjid di daerah Meguro, Tokyo. Acara ini diakhiri oleh Taushiyah yang diberikan oleh Ibu Rieska, salah seorang ibu yang bergerak dalam dakwah pendidikan anak, lewat Taman Kanak-Kanak yang berada di bawah binaan beliau. Beliau mengingatkan peserta tentang bagaimana memperkuat keislaman dan keimanan yang kita miliki serta bersyukur atas hidayah yang Allah berikan kepada kita sehingga kita bisa mengenal Islam.

Melalui acara ini, diharapkan peserta yang sebagian besar muslim keturunan bisa mengambil pelajaran banyak dari para muallaf yang telah melakukan proses pencarian panjang mencari kebenaran, sehingga bisa menambah semangat untuk senantiasa meningkatkan keimanan. Selain itu, melalui acara ini diharapkan terjalin hubungan dan kerja sama yang baik antara muslim pendatang dan muslim setempat, sehingga bisa menjadi penopang dakwah di Jepang yang dari tahun ke tahun semakin marak. (SB/hdn, Dakwatuna)


Anatomi Kekuasaan SBY


Hakekatnya pemerintahan SBY terlahir dari rahim reformasi. Partai Demokrat (PD) yang dinahkodai SBY juga bukan partai masa lalu bentukan era Orde Baru, kendati personelnya banyak juga lompatan dari partai pra reformasi.

Pemerintahan SBY terdiri dari berbagai kelompok kepentingan yang berkomitmen melakukan perubahan. Kemenangan PD sangat fenomenal semula sekitar 7,45% di tahun 2004. Tapi di tahun 2009 melakukan lompatan besar mencapai perolehan dukungan tiga kali lipat suara hingga bisa mengalahkan seniornya, Partai Golkar & PDIP sekitar 20%.

Rahasia kemenangannya ditopang oleh tiga hal, yakni image (politik citra), uang (money politic), dan intelijen yang tersebar rapi dari pusat hingga daerah. Di samping itu dukungan yang meningkat juga adalah berkat kerja seriusnya dalam pengambilan keputusan berbasis data riset yang di-update secara intensif. Sehingga ketika ada kebijakan yang membuat rating dukungan terhadap SBY menurun segera dibuatkan kebijakan yang menaikkan rating SBY jelang-jelang pemilu.

Namun patut disayangkan, kekuasan SBY ditopang oleh pengusaha hitam dan birokrasi yang korup. Terbukti berbagai kasus korupsi di tubuh para penegak hukum dan pengusaha kakap kebal hukum, dan SBY kerap menghindari dan tidak mengkomandoi secara langsung pemberantasan korupsi, alih-alih KPK dikorbankan.

Kekuasan SBY di-back up setgab sebagai pelembagaan partai koalisi pemerintah. Setgab dikomandoi Golkar, sebuah partai yang notabene tidak bisa hidup di luar kekuasaan. Dan, di tubuh Golkar sendiri banyak dikendalikan oleh para politisi pedagang yang tidak ideologis. Di Golkar tidak ada cerita tentang ideologi—atau bahkan ‘idealisme’. Ideologi Golkar adalah pragmatisme.

Menariknya, PD lebih mesra dengan Golkar ketimbang dengan PAN, PPP, PKB dan PKS yang lebih dahulu berkoalisi. PAN, PPP, PKB dan PKS dinilai idiologis karenanya kerap tampak tidak bisa mesra, bahkan akhir-akhir ini para petinggi PD getol mewacanakan penyingkiran PKS. Sebagai antisipasi, PAN aktif bangun wacana konfederasi dengan parpol-parpol kecil. Adapun PPP dan PKB noting to lose.

Setgab (Sekretariat Gabungan) dalam perjalanannya menjerat satu sama lain di antara parpol koalisi. SBY dijerat problem Centurygate. Golkar sendiri dijerat oleh kasus pajak Bakrie Groups, dan lain-lain. Akibatnya banyak keputusan yang finalnya di gedung DPR-MPR RI dikompromikan di Setgab. Inilah awal dari kepincangan transisi demokrasi di era SBY jilid kedua.

Pemegang saham terbesar PD adalah SBY. Karena SBY telah berkuasa dua kali, PD sepertinya kesulitan mencari figur sekuat SBY pasca 2 periode berkuasa mendatang. Test case berkali-kali dilakukan dengan melempar isu, semisal SBY diperpanjang 3 periode melalui amandemen kelima UUD 1945. Atau melempar wacana Ani Yudhoyono sebagai capres di 2014.

SBY kesulitan mempertahankan kebersinambungan kekuasan, bahkan bisa jadi akan dihinggap penyakit post power sindrome secara kolektif, sebab tanda-tanda ke arah itu mulai tampak, semisal melibatkan keluarga beramai-ramai, anak dan istri, dalam kekuasan. Semua turun gunung, tapi serba tampak dipaksakan.

Hal ini menimbulkan kecurigaan, sepertinya SBY tidak rela tampuk kekuasan bergeser ke Anas Urbaningrum yang memenangi kompetisi pemilihan ketua umum partai terbesar di Indonesia. Kemenangan Anas diwaspadai SBY karena dia didukung oleh HMI connection. Bila Anas diberi kewenangan yang luas di PD, maka Anas bisa jadi ancaman yang akan mengakhiri Dinasti SBY.

Efek politik citra di tengah-tengah kesenjangan kesejahteraan ekonomi di gress root berdampak pada terbentuknya masyarakat yang pragmatis dan apatis. Pragmatisme masyarakat kentara terlihat dalam pilkada dan pilgub, pemilih lebih realitis untuk memilih calon berduit daripada calon idealis tak berduit. Citra positif yang dipaksakan menjadi tuntutan dan dakwaan pada calon untuk siap membayar suara mereka.

Akibatnya banyak pengaduan pilkada dan pilgub yang sedikit banyak karena efek siraman uang panas. Bila hal ini dibiarkan, maka demokrasi semakin mahal dan merugi. Mahal, tidak saja pada fase berlangsungnya kampanye tapi juga para bupati, walikota, dan gubernur yang terpilih dijebloskan ke penjara akibat korupsi. Pilkada yang semula sebagai medium pesta rakyat telah memakan uang banyak itu berubah menikam rakyat sendiri. Orang yang dipilih rakyat dijebloskan ke penjara.

Adapun kelompok apatis tidak terlalu peduli dengan pemilu. Mereka kritis dan karenanya tidak mau menyumbangkan suara sama sekali pada salah satu kandidat. Jumlah mereka juga cukup fantastis bisa mencapai separoh dari calon pemilih, karena itu wajar jika berdampak pada kurang legitimate-nya pilkada, pilgub, dan pemilu.

‘Ala kulli hal, SBY kendati diluar negeri dipuja-puji, tapi integritasnya patut dipertanyakan. Indonesia dibombardir oleh barang-barang China, AS dan Jepang tanpa proteksi pelaku usaha lokal secara signifikan. Ekspor bahan mentah kerap sekali gencar ketimbang ekspor hasil industri. Perlindungan pulau-pulau terluar lembek disikapi. Kasus-kasus penganiayaan TKI dan TKW di luar negeri tanpa solusi tegas.

Pengerukan tambang, batubara, minyak bumi, eksplorasi emas, nikel, tembaga dan lain-lain diberikan keleluasaan tanpa renegosiasi kontrak yang menguntungkan bangsa sendiri. kendali begitu SBY tampaknya puas dengan gelar-gelar ‘kesetaraan Indonesia-Amerika Serikat’ dengan kehadiran Obama di tanah air, tanpa dibarengi dengan tindakan nyata yang menegaskan kedaulatan bangsa yang saat ini terpuruk akibat terhegemoni oleh kapitalisme global.[]



Penulis : Rijalul Imam, S.Hum., M.Si.
Ketua Umum KAMMI Pusat


Selasa, 04 Januari 2011

Excellent Personality Training

Sebagai salah satu bentuk kontribusi kepada mahasiswa muslim di Kabupaten Gresik, KAMMI Gresik menyelenggarakan Excellent Personality Training (EPT) angkatan ke-7. Training ini insya Allah diselenggarakan pada hari Jum'at-Ahad, 7-9 Januari 2011.

Dengan mengambil tema “Tekad Bersama Cetak Mahasiswa Muslim Mandiri dengan Daya Intelektualitas Tinggi” diharapkan EPT kali ini mampu mencetak mahasiswa muslim yang mandiri dengan bekal intelektual yang tinggi. Mandiri berarti mahasiswa muslim tidak terhanyut dengan imperalisme pemikiran, melainkan kokoh dalam aqidah dan manhaj Islam. Di samping itu, mandiri juga berarti mampu menentukan arah dan masa depannya sendiri, termasuk dalam masalah kecerdasan finansial. Sementara daya intelektual bukan hanya pengetahuan teori melainkan juga pemahaman dan aplikasinya dalam ranah kampus dan sosial.

EPT tahun 2011 ini diselenggarakan di Malang, tepatnya di Ma'had Darussalam. Suasana yang sejuk dan permai di kota hujan ini diharapkan mendukung Training terselenggara lebih nyaman dan efektif. Insya Allah peserta akan berangkat bersama dengan bus dari UMG pada hari Jum'at 7 Januari 2011 pukul 13.00 WIB.

Selain mendapatkan keilmuan yang sebagian besarnya disampaikan dalam bentuk training in door berbasis multimedia, peserta juga diajak outbound bersama pada hari terakhir, Ahad 9 Januari 2011. Selain itu, peserta mendapatkan berbagai fasilitas seperti konsumsi (makan 5x), blocknote, slayer, sertifikat, e-Book, dan doorprize. Peserta cukup berinvestasi Rp.45.000,- saja. 10 pendaftar pertama mendapat potongan 11%.

Anda tertarik? Hubungi Wahyudi (PAI UMG) 081339753410, Syahrul (Pertanian UMG) 03177551605, Ari (PAI UMG) 085649954669, dan Novi (Matematika UMG) 085648960563. Atau ketik : DM1#NAMA LENGKAP#JURUSAN#KAMPUS kirim ke : 081339753410. []